Pentigraf 7 "Nenek Lampir" Oleh : Desi Safitri, S. Pd

 Pentigraf 7

"Nenek Lampir"

Oleh : Desi Safitri, S. Pd

Pertandingan bola voli dalam rangka memeriah HUT RI ke-75 tahun, ada banyak pertandingan, salah satunya voli putri masih berlangsung sampai pukul 17.00 WIB. Kali ini anak SMA dikalahkan oleh RW 2. Pertahanan yang cukup tangguh, poin mereka dua sama. Harus tanding sekali lagi. Namun, sayangnya grup SMA harus rela kalah karena memang grup RW 2 cukup kuat juga pertahanannya. Wasit bilang untuk RW 3 dan RW 1 tidak bisa dilanjutkan karena hari sudah gelap,  serta lampu penerang lapangan tidak sempat pasang. Alamak, ucapan itu yang keluar dari mulutku. 

Jadi, setelah upacara 17 Agustus 2020, pertandingan dilanjutkan. Rasa kecewa memang ada namun tetap menghargai wasit dan panitia juga. Yang tetap main dengan sportif dan tidak curang. 

Saat wasit dan panitia mengatakan kalau pertandingan dilanjut besok, tiba-tiba saja Mbah Ainun protes. Katanya, RW 2 tidak bisa kalau mainnya besok pagi karena pasti panas katanya. Dalam hatiku, nenek-nenek kok ikut campur sih, padahal dia kan nonton aja, kok banyak bacot. Terus Mbak Ely nanya kenapa bisa begitu, lah Mbah Ainun bilang pemain mereka nggak ada karena sudah diambil sama kelompok Mbak Ely. Tak alang lagi Mbak Ely pun beradu mulut dengan Mbah Ainun, sampai ngeri sekali Mbak Ely lepas kendali ditariknya jilbab lusuh Mbah Ainun. Kami kaget melihat mereka berdua, sampai mereka berguling-guling di lapangan voli barulah panitia memisahkan mereka. Mbak Ely puas, karena wajah Mbah Ainun kena cakarannya, sampai Mbah Ainun menangis menahan perih. Aku baru tahu jika Mbah Ainun ini memang suka ikut campur. Sudah sejak dulu katanya, sok banget gitu loh, dari jauh aku pun berteriak, " dasar nenek lampir, sudah tua suka ikut campur, nggak jelas!"teriak ku dari ujung lapangan. 

SEKIAN

Palangka Raya, 17 Agustus 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bersama Puisi Menembus Cakrawala

Belajar Daring Asik Oleh : Desi Safitri, S. Pd

"Nyanyian Rinduku, Untukmu"