"Kau Pilih Hati Yang Lain" Oleh: Desi Safitri, S. Pd

Pentigraf
"Kau Pilih Hati Yang Lain"
Oleh : Desi Safitri, S. Pd

Semilir angin malam yang menyeruak masuk melalui sendi-sendi nadi. Tak mampu juga membuat mataku terlelap. Aku masih menikmati emosi dalam imajinasi. Tak terasa hampir satu minggu sudah aku di desa, tempat tanteku mengajar. Di sini, suasananya begitu nyaman dan asri. Aku betah di sini, meskipun sinyal lah yang membuat aku tak nyaman. Jika ingin mengirim tugas atau berkas dari instansi maka aku harus membeli sinyal atau membeli kode wifi untukku bisa lancar menikmati internetan. Sehari, sebelum aku berangkat ke desa ini, ada beberapa hal lucu yang ku alami dan itu juga yang membuat jantungku dag-dig-dug ser bahkan jadi suer-suer deh.
Ada kabar bahagia dan sekaligus kabar tak mengenakan dari orang yang pernah singgah di hatiku, dulu saat aku sedang menempuh pendidikan S-1 dan ia baru selesai juga menempuh pendidikan TNI AD di Kota Pontianak, Kalbar. Meski kami tak menjalin hubungan asrama lagi, kami tetap berteman baik. 

"Ping!" 
Ada wa masuk sekitar pukul 00.30 WIB dini hari. Tetapi aku sudah tidur waktu itu. Pagi harinya baru kubalas. 
"Ya, Bang! Ada apa? "balasku
Tak lama langsung dibalasnya
"Nggak apa-apa, "balasnya
"Hadeh,"balasku
"Test doang, "balasnya lagi
"Ok. Oh iya, gimana bang? Udah resepsi kalian?"tanyaku padanya
"Nggak jadi nikah, dek! "balasnya
"Hah, masa bang? Jangan aneh-aneh deh" aku membalas pesannya cepat
"Iya, nggak jadi nikah."balasnya
"Yang benar aja deh, bang. Jangan bercanda gitu deh! "kataku padanya
"Serius, tanya aja sama ceweknya kalau nggak percaya! "balasnya lagi. 
"Kok, bisa sih? Kan udah foto gandeng loh."kataku lagi
"Ada kejadian yang tak mampu abang, jelaskan dek! "balasnya lagi
"Ya, yang sabar aja ya, bang. Mungkin Allah nyuruh abang untuk lebih memperbaiki diri dulu."kataku padanya lagi. 
"Iya dek, abang sabar aja terus."balasnya lagi. 
"Ya, bang. Lebih baik tahu dari sekarang daripada terlanjur nikah nanti."kataku memberikannya semangat.
"Siap, dek. Terima kasih."balasnya
"Sama-sama."balasku

Aku tahu bang Aria pasti sangat kecewa dan terluka. Padahal si cewek ini udah tebar pesona menggunakan baju pengajuan bahkan sudah foto gandeng malahan. Aku kenal bang Aria, tak mungkin seberani itu memutuskan untuk berhenti atau stop melaksanakan pengajuan nikah, yang jelas-jelas sudah direncanakan dengan matang. Si cewek ini malahan sering curhat sama aku. Pernah juga waktu musim kemarau tahun lalu memintaku untuk memantau bang Aria di sini. Aku bilang, mana mungkin lah. Bang Aria kan, jaga poskonya jauh dari rumahku.  Dan bang Aria juga pernah cerita kalau si cewek ini pencemburuan, sampai HP bang Aria pernah di lemparnya, saat mereka bertemu di kampung, ketika bang Aria cuti lebaran tahun lalu. Aku cuma bisa berdoa semoga bang Aria bisa tabah dan sabar atas kelakuan si cewek yang sudah berani bermain di belakangnya, padahal jelas-jelas mereka sudah di tahap pengajuan nikah. 
Sekian. 

Komentar

  1. Benar bu, melawam diri sendiri lebih berat dari seribu musuh

    BalasHapus
  2. Waduh deg deg ser...dapat chat dr mantan....hehe
    Maaf boleh kasih masukan ? Menurut penemu pentigraf, pentigraf itu meminimalisir penggunaan dialog. Bisa ada dialog tapi tidak berbalas balasan. Cukup diceritakan.
    Maaf sebelumnya saya jg taraf belajar.
    Salam kenal dan salam literasi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh.. Gitu ya, bun.. Terima kasih masukkan.. Saya juga baru belajar membuat pentigraf. Hehehe.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar Daring Asik Oleh : Desi Safitri, S. Pd

"3 hal bermanfaat dari grup Belajar Menulis"

Puisi "Hujan di Bulan Juni"