"Kalimantan Tengahku, Telah Bersedih"
Saya hanya mengangguk kala itu dan tidak bertanya lebih jauh. Sebab, saat bertanya pada almarhumah, ibu saya sedang sibuk mengisi raport. Ya, almarhumah Ibu saya adalah seorang Guru (Guru SD di kampungnya, Guru yang tak kenal kata menyerah, mengapa demikian, dulu di kampung saya, yang menjadi Guru di sekolah SD hanya ibu saya dan Kepala Sekolah. Jika Kepala Sekolah tidak hadir atau ada kepentingan lain maka dari kelas satu sampai kelas enam, ibu saya. yang mengajarnya, sendirian), dan aku juga sibuk membaca beberapa cerpen favorit saya.
Alam Kalimantan Tengah ini sangat indah dan menawan, bahkan katanya Kalimantan adalah paru-pura dunia. Benar kah demikian? Mungkin itu dulu, sekarang sepertinya tidak lagi. Kekayaan alam yang berlimpah ruah di sini, membuat manusia yang kikir akan harta berebut mengeruk tanah Borneo. Saya sedih, sekarang banyak tambang dan kebun sawit berhektar-hektar ada di sini. Boleh jadi, jika pekerjaannya orang asli tetapi banyak orang Asing, itu yang membuat hati saya miris.
Seandainya, Kalimantan Tengah terpilih menjadi Ibu Kota, apa jadinya Bumi Palangka Raya ini. Mungkin kami hanya segelintir orang yang hanya bisa melihat kekikiran orang-orang berduit yang sebagaian tak memandang pun. Mereka hanya ingin merusak saja tapi setalah puas maka ditinggalkanlah kota yang semula Cantik nan asri berubah menjadi kota kepahitan duniawi.
Wooooo luar biasa Bagus Fitri, terus lah menulis, tambah kan foto biar lebih menarik serta usaha memberikan warna pada ide pokok nya ya terima kasih
BalasHapusSiapp. Terima kasih ibu.
Hapus